Menuai mimpi yang tak akan pernah ada adalah aku saat ini, begitu banyak pengharapan yang juga mungkin aku tuangkan untuk satu hal yang begitu jauh dari matahari untuk aku raih. Tapi bagiku cukuplah untuk mengerti arti dari kehadiran Sang Pencipta yang memeberikan berbagai peran kepada setiap makhluk di bumi ini.
Aku mulai menghela napas, menikmati semua adegan anak manusia kembali dengan berbagai macam drama kehidupan yang tengah di perankannya. Dan seperti mereka, akupun sedang memainkan peranku.
Tersenyum, tertawa bahagia sekaligus kepahitan yang harus kita jalankan. Menjalankan setiap peran kita masing-masing. Tapi, selalu dilanda kecemasan menantikan adegan berikutnya yang tidak pernah bisa di prediksi. Karena Sang Sutradara tidak memberikan skenario sebelumnya. Membiarkan pelakon menentukan sendiri alur permainannya, lengkap dengan resiko yang harus di lalui.
Benarkah...? Lalu kenapa aku merasa resiko ini (hampir) tak sanggup aku lalui? Aarrgghh… aku kira ini hanya sentimentilku saja.
Aku yang tengah berperan sebagai seorang anak manusia yang sedang berada di jalan cinta. Cinta Sang Pemilik Keabadian. Cinta, karena Dia menyapaku agar selalu mengingatNya. Cinta karena dengan caraNya, Dia menjadikanku lebih sering menyebut namaNya.
Terima kasih untuk memberikan satu jiwa serta nafas juga hidup yang tak pernah aku miliki sebelumnya. Setiap hembusan nafas yang terlahirkan dari kedalaman palung gelap jiwaku, yang selalu kuabdikan untuk bentuk syukurku kepada Mu.
panggung sandiwara :D
BalasHapusijin follow ^____^
salam. . .
salam kembali Kaito :)
Hapussudah di folbek ^_^
InsyaAllah bakal bisa dilalui :)
BalasHapusdandelion~ manis sekali
#follow back sukses
Amin...makasih mbak Nurmaiyanti :)
BalasHapussalam kenal :)
*ulurin tangan*
Wah, luar biasa, jadi pngen tobat gue baca postingan ini. :)
BalasHapushehhehee
Hapusalhamdulillah deh ;)