Sabtu, 11 Juni 2011

Thanks To Allah

Kehidupan memang sangat berperan penting dalam merubah pola pikir seseorang, tapi terkadang juga tidak mampu menjamin suatu saat seseorang akan menjadi dewasa sejalan kehidupan yang dijalaninya. Aku juga bukan orang yang mampu bersikap dewasa dan bijaksana, tapi setidaknya aku telah berusaha menjadi apa yang seharusnya yang ada pada diriku.
Aku bahagia dengan diriku sekarang, walaupun terkadang sering jarang untuk mensyukurinya pada Sang pencipta. Terimakasih Ya Allah...Atas segala nikmatMu selama ini...

[cerbung] Indah Pada Waktunya ( Part 5 )


Tuhan itu tahu kapan saatnya kita berbahagia ataupun sedih, jika saat ini kita bersedih, maka kamu harus percaya bahwa nanti ada juga saatnya kamu akan merasakan kebahagiaan seperti apa yang mereka rasakan saat ini. Semua akan indah pada waktunya.

***********
Semua hal akhir-akhir ini sangat menguras tenaga dan emosiku. Semenjak aku tahu kalau laki-laki itu, Ayah dari seseorang yang aku cintai bahkan orang yang sudah aku anggap seperti Ayahku sendiri ternyata adalah  Ayah kandung yang selama ini aku benci karena telah menelantarkan aku dan Ibuku.
Ingin rasanya aku memeluk dia dan memanggilnya Papa, tapi sesaat itu juga aku kembali teringat penderitaanku. Waktu aku masih kecil dan Mama mati-matian memenuhi kebutuhan hidup kami berdua. Tapi bukan hanya hal itu saja yang membuat aku benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Jika laki-laki itu adalah Ayah kandungku, itu artinya aku dan Rivo tidak akan pernah bisa untuk bersama-sama lagi. Kisah dan perasaanku terhadap Rivo sudah benar-benar harus berakhir. Kenapa harus dia yang menjadi Ayahku. Kenapa bukan orang lain saja yang bukan Ayah dari seseorang yang sangat aku cintai.
Seandainya saja, waktu benar-benar bisa berputar. Maka aku takkan pernah minta di lahirkan dari benih laki-laki itu, dari seorang yang tidak bertanggung jawab dan mencampakkan aku dan mama bahkan kenapa dia juga ayah dari seorang yang aku cintai. Seseorang yang mampu membuat aku melupakan amarah dan kebencianku atas apa yang laki-laki itu perbuat dulu terhadap aku dan juga mama.

[cerbung] Indah Pada Waktunya ( Part 4 )


Di saat aku memulai mempercayakan hatiku, di saat aku berani lagi mengikat tali sepatuku tuk lebih kuat lagi, berlari mengejar semua yang telah tertinggal selama aku berada dalam sepi , sunyi, dendam, kemarahan dari kehidupan masa lalu yang selama ini selalu mengancamku untuk bisa tersenyum dan bahagia. Dan sesaat ini juga aku harus mampu melepaskan itu semua. Well..Keadaan sudah sangat berhasil memporak-porandakan hidupku, dan keyakinanku bertambah bahwa dunia memang punya rencana (jahat) yang sukses membuat aku kembali di garis bawah sebagai looser di hidupku sendiri.

Tak terasa waktu yang kulewatkan begitu saja dengan hanya berdiam diri di kamar. Kumatikan lampu kamarku dan kuperhatikan kunang-kunang pemberian Rivo, lama kupandangi kunang-kunang itu. Tanpa terasa air mataku jatuh mengingat pertama kali saat Rivo memberikan kunang-kunang ini dan berjanji akan menjadi cahaya indah dalam hidupku.

[cerbung] Indah Pada Waktunya ( Part III )


Akhirnya, aku bisa pulang juga kerumah setelah lebih kurang dua minggu menginap di rumah sakit akibat kecelakaan itu, banyak perubahan yang terjadi di rumah ini sama seperti perubahan yang terjadi dengan sikap dan keadaanku. Aku lebih senang mengurung diri di kamar, mungkin karena sekarang aku hanya bisa menggunakan kursi roda ini. Dan aku tak ingin merepotkan orang untuk menemaniku kemana-mana, jadi lebih baik aku berdiam di kamar saja, fikirku. Tiga hari sudah sepulang dari rumah sakit aku berdiam diri di kamar, sering kali Mama mengajakku untuk keluar sekedar berjalan ke taman, tapi aku terus saja menolak. Hati kecilku sangat ingin membenci keadaanku sekarang, tapi aku tidak ingin Mama melihatku seperti seorang anak lemah yang tidak berdaya.

”Sayang, Mama pergi kerja dulu..kamu baik-baik di rumah dengan Mbak Minah ya” Mama mencium keningku sebelum berangkat kerja, dan aku mengangguk serta tersenyum menjawab perkataan Mama.

”Oh iya sayang, kamu udah lama kenal dengan Sukmo?” Mama kembali membalik kearahku dan berdiri di depan pintu kamarku untuk menanyakan hal itu.

”Om Sukmo?? sejak aku kenal sama Rivo, emang kenapa Ma?” aku mulai bingung dengan pertanyaan Mama tentang Om Sukmo. Terlebih aku ingat saat Mama aku kenalkan dengan Om Sukmo di rumah sakit tempo hari.

”Gak kenapa-kenapa, Mama mau kamu janji tidak lagi berhubungan dengan Rivo ataupun Ayahnya Sukmo!” sebelum aku lebih jauh menanyakan hal ini, Mama telah berlalu pergi setelah menyelesaikan kalimatnya. Tak lama Mama meninggalkan kamarku, aku mendengar ketukan pintu kamarku lagi, mungkin itu Mbak Minah yang mengantarkan sarapan untukku.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...